Saat korban J.Marbun menjalani perawatan di UGD |
Tembilahan [zonterkom] - Terkait pemberitaan atas peristiwa pemukulan yang dialami seorang oknum wartawan mingguan Suara Samudera, J.Marbun (40) oleh Syafrizal (45) bersama rekannya yang telah di muat sejumlah media beberapa waktu lalu, menurut Dulah, warga Jalan Tanjung Harapan Tembilahan, yang merupakan adik ipar dari pelaku adalah pemberitaan yang tidak benar, dan terkesan terlalu memihak kepada korban.
Pernyataan tersebut disampaikan Dulah melalui sambungan telpon selularnya kepada zonterkom, Senin malam (02/05) pukul 20.30 Wib. Selain dianggapnya berita tersebut tidak berimbang karena tidak ada konfirmasi kepada pelaku, Dulah juga mengatakan bahwa pemberitaan yang telah beredar di sejumlah media cetak dan elektronik terkait kasus penganiayaan yang dilakukan abang iparnya kepada J.Marbun beberapa waktu lalu, dianggapnya terlalu memihak dan terlalu memojok kan pelaku.
“Seharusnya rekan-rekan wartawan tidak menulis berita hanya berdasarkan keterangan dari pihak korban saja, rekan-rekan kan tidak tahu bagai mana peristiwa pemukulan itu sampai terjadi. Terus terang kami selaku dari keluarga pelaku yang mengetahui persis kronologis peristiwa penganiayaan tersebut, merasa cukup di rugikan dengan pemberitaan yang telah beredar dibeberapa media” ujar lelaki yang bekerja sebagai PNS di Dinas Perikanan Inhil ini, menyampaikan protes melalui sambungan telepon selularnya.
Peristiwa penganiayaan yang dialami oknum wartawan mingguan Suara Samudera, J.Marbun (40) oleh pelaku Syafrizal (45) oknum PNS yang menjabat sebagai Kepala Seksi Di Satpol PP Inhil bersama sejumlah orang keluarganya tersebut, terjadi diteras depan rumah korban serta dihadapan isteri dan anak-anak korban, Sabtu malam (30/5/11) sekitar pukul 21.00 WIB. Berdasarkan keterangan istri korban kepada wartawan, Saat itu korban baru saja pulang dari pasar, tiba-tiba entah apa penyebabnya terjadi cekcok mulut antara korban dengan pelaku, disebutkan saat itu pelaku terlihat bersama isteri dan beberapa keluarganya. Mereka saat itu langsung menyerang dan memukul serta menyodok bagian dada korban dengan besi.
Menurut istri korban, meski suaminya telah terkapar pingsan setelah dihantam dengan besi, saat itu para pelaku masih saja terus memukuli serta menginjak badan dan leher korban. Dan ironisnya, peristiwa penganiayaan itu bukan saja hanya disaksikan istri korban, bahkan anak-anak dan mertua korban juga ikut menyaksikan penganiayaan itu.
Akibat dari pengaiayaan yang di alaminya, J.Marbun, oknum wartawan mingguan Suara Samudera yang bertugas di wilayah Inhil tersebut, sempat mengalami kritis dan terpaksa harus dilarikan ke Rumah Sakit Daerah Puri Husada Tembilahan untuk menjalani perawatan. Dan akibat dari kejadian tersebut, saat di temui di rumah sakit, anak, istri, dan mertua korban masih terlihat sangat syok.
Meski benar Syafrizal telah melakukan penganiayaan terhadap J.Marbun, namun Dulah sang adik ipar pelaku tetap menyangkal bahwa pemberitaan terkait peristiwa penganiayaan tyang telah di muat disejumlah media massa, baik media cetak maupun media elektronik, di anggap nya tidak benar dan terkesan hanya memihak.
Lanjutnya, atas pemberitaan yang dianggapnya terkesan telah merugikan sepihak tersebut, menurut Dulah, pihaknya berencana akan menuntut dan membawa nya ke jalur hukum. (**dri.ztc)
Artikel Terkait