 |
| Foto : Karen Agustiawan--MI/Rommy P/cs |
Jakarta [zonterkom] - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan distribusi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium telah ditetapkan melalui kuota harian. Apabila lebih dari itu, disinyalir terjadi penimbunan BBM bersubsidi.
"Kami juga dengan BPH Migas akan selalu melakukan pengawasan. Kalau misalnya kuota per harinya melebihi, tentu terjadi penimbunan. Fungsi pengawasan yang lebih ditingkatkan," ujar Karen pada konferensi pers di Jakarta, Rabu (9/3).
Untuk itu, Karen menegaskan apabila kuota harian premium habis, Pertamina akan mengalihkan konsumsi ke pertamax. Karen mengklaim saat ini kuota pertamax masih cukup sesuai rencana 2011. Ketahanan stok pertamax berada pada 50 hari atau sekitar 100 ribu KL. Pertamina mengaku menerima surat edaran tentang kuota tersebut dari BPH Migas. Perusahaan pelat merah tersebut kemudian meneruskan ke Hiswana Migas selaku asosiasi pengusaha SPBU.
"Kita kan sudah ada kuota per hari (premium). Kalau habis, untuk SPBU yang menjual pertamax, diharapkan dialihkan ke pertamax. Kalau yang tidak ada, akan ditambahkan premiumnya sesuai dengan kuotanya tahun ini," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh mengaku pemerintah tidak berdiam diri meskipun pembahasan pengaturan konsumsi BBM bersubsidi dengan DPR ditunda. Kementerian ESDM akan meminta BPH Migas menegur pemerintah daerah yang konsumsi BBM bersubsi cenderung melebihi kuota.
"Karena kuota itu sesuai dengan kuota yang diminta pemda-pemda itu. Jangan korbankan program prorakyat karena kemanjaan pemda yang tidak mampu mengelola daerahnya," tukasnya.
Berdasarkan data BPH Migas, realisasi konsumsi premium Februari 6,78% melampaui kuota pada APBN 2011. Alokasi kuota premium untuk Februari 2011 mencapai 1.706.361 kiloliter (KL). Namun, realisasi konsumsi bensin oktan 88 itu pada Februari mencapai 1.822.098 KL (selisih 115.737 KL). (MICOM)
Artikel Terkait
