Jakarta [zonterkom] - Presiden Susilo Bambang Yudhoyon (SBY) mengatakan hubungan pers dalam era demokrasi sering kali dimaknai siapa yang lebih kuat. Dulu pers takut kepada penguasa, saat ini barangkali penguasa takut kepada pers.
SBY menambahkan saat era demokrasi bergulir di Indonesia fungsi pers sebagai kontrol pemerintah sudah sangat kuat, sebelumnya saat masa orde baru keberadaan pers selalu terkekang.
"Dulu pers takut pada penguasa, sekarang saya tidak tahu, barangkali sekarang penguasa takut pada pers," kata SBY di sambut gelak tawa hadirin dalam sambutan perayaan ulang tahun majalah Tempo ke 40 di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (9/3/2011).
SBY menambahkan dalam alam demokrasi, hubungan pers dengan penguasa bukan atas dasar ketakutan. Ditengah kekuatan alam demokrasi, kata SBY kontrol terhadap kekuasaan sudah sangat ketat membuat kekuasaan presiden tidak kuat.
"Siapa takut kepada siapa, tentu saja bukan itu power relation yang kita maknai dalam alam demokrasi di negara ini," paparnya.
Dia juga mengatakan jika ada orang yang menyebut Presiden bisa berbuat apa saja berarti masih mempunyai mind set yang lama, hal ini tidak hanya berlaku bagi dirinya saja tapi juga bagi semua pemegang kekuasaan.
"Ini juga berlaku bagi semua power holders karena kita semua juga tidak bisa melakukan apa saja," ungkapnya.
Dalam acara tersebut turut hadir beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, Menkopolhukam, Djoko Suyanto, Mendagri, Gamawan Fauzi dan sejumlah tokoh politik, Ketua MPR RI, Taufik Kiemas, Ketua DPR RI, Marzuki Ali. (Okzone)
Artikel Terkait