 |
| ilustrasi |
Denpasar [zonterkom] - Dua anggota Brigade Mobil (Brimob) Polda Bali terlibat perampokan di tiga stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Mereka adalah Briptu Sutia Aji asal Bandung dan Briptu Eno Suyatno alias Enok asal Purwakarta, Jawa Barat.
Keduanya menjadi otak sekaligus eksekutor perampokan SPBU Simpang Kampus Universitas Udayana (Unud) Jimbaran, Kabupaten Badung; SPBU Banjar Bunutan, Desa Kedetawan, Ubud
Gianyar; dan SPBU Sibang Kaja, Abian Semal, Kabupaten Badung.
Dalam aksi tersebut mereka masuk dalam kelompok perampok spesialis SPBU dengan lima tersangka lain, yakni Valensius Siku Teru, Muhamad Yasin Toha alias Yasin, Eko Anggara, Endro Widio Seno, dan Suhardiyanto bin Kasbullah alias Antok.
Kapolresta Denpasar Komisaris Besar Asmoro Suryambodo mengungkapkan, dalam melakukan aksinya, Sutia dan Eno, menggunakan senjata api dinas milik Polri untuk menakut-nakuti para korban.
"Selama melakukan perampokan, senjata tersebut tidak dipakai untuk menembak, melainkan hanya untuk menakuti korban. Saat melakukan aksi, senjata api tersebut diacungkan ke atas agar korban takut," ktanya, Rabu (16/2).
Menurut Kaporesta, keduanya mengaku nekad merampok karena terdesak oleh kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, membayar cicilan kendaraan, dan biaya pendidikan anak-anak. Namun, karena tindakan mereka mencoreng kesatuan, keduanya tetap akan diproses sesuai
hukum.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Gede Sugianyar mengatakan tindakan
kedua anggota Polri tersebut sangat memalukan. "Tetapi demi kebenaran, keadilan, dan transparansi, mau tidak mau kita harus menjelaskan ke publik tentang keterlibatan keduanya, dan proses hukum akan tetap berjalan sebagaimana mestinya," ujarnya.
Dari yujuh tersangka kasus tersebut, enam di antaranya, termasuk dua anggota Brimob, kini ditahan di Polda Bali. Sedangkan satu tersangka lainnya, Yasin, ditahan di Lumajang, Jawa Timur, karena sedang dalam proses hukum terkait kasus pencurian kendaraan bermotor. (MICOM)
Dalam aksi tersebut mereka masuk dalam kelompok perampok spesialis SPBU dengan lima tersangka lain, yakni Valensius Siku Teru, Muhamad Yasin Toha alias Yasin, Eko Anggara, Endro Widio Seno, dan Suhardiyanto bin Kasbullah alias Antok.
Kapolresta Denpasar Komisaris Besar Asmoro Suryambodo mengungkapkan, dalam melakukan aksinya, Sutia dan Eno, menggunakan senjata api dinas milik Polri untuk menakut-nakuti para korban.
"Selama melakukan perampokan, senjata tersebut tidak dipakai untuk menembak, melainkan hanya untuk menakuti korban. Saat melakukan aksi, senjata api tersebut diacungkan ke atas agar korban takut," ktanya, Rabu (16/2).
Menurut Kaporesta, keduanya mengaku nekad merampok karena terdesak oleh kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, membayar cicilan kendaraan, dan biaya pendidikan anak-anak. Namun, karena tindakan mereka mencoreng kesatuan, keduanya tetap akan diproses sesuai
hukum.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Gede Sugianyar mengatakan tindakan
kedua anggota Polri tersebut sangat memalukan. "Tetapi demi kebenaran, keadilan, dan transparansi, mau tidak mau kita harus menjelaskan ke publik tentang keterlibatan keduanya, dan proses hukum akan tetap berjalan sebagaimana mestinya," ujarnya.
Dari yujuh tersangka kasus tersebut, enam di antaranya, termasuk dua anggota Brimob, kini ditahan di Polda Bali. Sedangkan satu tersangka lainnya, Yasin, ditahan di Lumajang, Jawa Timur, karena sedang dalam proses hukum terkait kasus pencurian kendaraan bermotor. (MICOM)
Artikel Terkait
