Jakarta [zonterkom] - Intervensi pemerintah jelang kongres PSSI dapat mematikan persepakbolaan nasional. Sebab, salah satu yang pantang dilakukan pemerintah di negara mana pun di dunia, sesuai statuta FIFA adalah intervensi pemerintah, termasuk terhadap PSSI. Demikian disampaikan tokoh dan pengamat sepaK bola Irawadi Hanafi dan Ketua Umum Ikatan Atlet Nasional Indonesia (IANI) Icuk Sugiarto di Jakarta, Kamis (3/3).
”Jika Indonesia terkena sanksi FIFA akibat intervensi, maka yang rugi kita sendiri. Itu artinya bukan saja mencoreng wajah Indonesia di mata internasional, tapi juga akan membuat masa depan sepak bola tanah air semakin suram. Bersyukur, belum lama ini FIFA tak menjatuhkan sanksi tersebut,” ujar Irawadi.
Menurut dia, Indonesia harusnya belajar dari sejumlah negara yang sudah pernah mendapat sanksi FIFA karena kuatnya intervensi pemerintah di negara tersebut. Sebut saja negara seperti Nigeria, Yunani, Kamerun, Tunisia, Irak, Brunai Darusalam, Kuwait, Iran, Mandagaskar, Tunisia, dan Albania. Bahkan, sejumlah negara besar seperti Inggris dan Prancis pun mendapat sanksi yang sama dari FIFA akibat intervensi pemerintah.
”Ini artinya, bahwa FIFA begitu independen. Mereka tak perduli negara besar seperti Inggris dan Prancis pun kalau melanggar pasti diberikan sanksi. Nah, Indonesia seharusnya belajar dari kasus-kasus tersebut. Sebab, suka atau tidak, inilah peraturan yang berlaku secara internasional,” jelas Irawadi yang juga mantan pengurus PSSI.
Di tempat terpisah, Direktur Negarawan Center Johan Silalahi menilai intervensi sangat berisiko karena dapat dipersepsikan terkait dengan kepentingan partai politik, bukan karena kepentingan bangsa. ”Pemerintah harus mendorong tumbuhnya civil society seperti PSSI tanpa ikut campur berlebihan. Sebab, kalau itu dilakukan akan merugikan sepak bola dalam jangka panjang,” ujarnya.
Senada dengan itu, Icuk Sugiarto berpendapat, jika Indonesia tak menaati statuta FIFA sama dengan mengucilkan diri dari kancah sepak bola internasional. ”Orang boleh tak suka kepada pwngurus PSSI, tapi jangan sampai ketidaksukaan itu diikuti dengan merusak rumah sepak bola nasional, yaitu PSSI. Sebab, yang rugi kita semua,” ucap Icuk. (MICOM)
Artikel Terkait